Kamis, 04 Desember 2008

Menikmati Danau Toba Dari Berbagai Tempat



By Sahala Napitupulu.

Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100kmx 30km dan kedalaman maksimum mencapai 505 meter. Ditengah danau ini terdapat sebuah pulau bernama Samosir. Diperkirakan Danau Toba terjadi akibat letusan gunung berapi sekitar 3000 tahun lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super). Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2800 km3, dengan 800 km3 batuan ignimbrit dan 2000km3 abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke Barat selama 2 minggu.

Setelah letusan tersebut, terbentuklah kaldera yang kemudian terisi oleh air yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Sedangkan tekanan keatas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.

Karena begitu luas, secara kasat mata Danau Toba ini lebih mirip lautan dibandingkan danau. Danau ini juga merupakan danau terbesar serta terdalam di Asia Tenggara. Danau Toba Na Uli. Itulah ungkapan yang sering terdengar dari mulut orang Batak. Artinya Danau Toba nan penuh pesona. Siapapun yang datang kesana akan berdecak kagum menatapnya. Airnya terlihat tenang dan membiru. Dilingkupi udaranya yang segar menambah kenyamanan lokasi ini.

Untuk sampai ke Danau Toba dari kota Medan, biasanya orang akan menuju ke kota Parapat terlebih dulu. Jika menggunakan mobil, waktu tempuh antar kedua kota yang jaraknya kurang lebih 185 kilometer ini ialah sekitar 4 jam.

Pemandangan Danau Toba dari sisi Parapat rasanya sudah umum diketahui orang. Tetapi keindahan danau ini bisa pula dinikmati dari berbagai sisi. Untuk itu Anda perlu mengubah arah perjalanan Anda saat menuju danau Toba ini. Dan hasilnya, Anda akan bisa menikmati wajah Danau Toba melalaui beberapa desa dari 7 kabupaten yang bersinggungan dengan Danau Toba.

TAO SILALAHI.

Dalam bahasa Batak, tao berarti danau. Tao silalahi merupakan bagian dari Danau Toba. Tao Silalahi secara administratif masuk ke wilayah Desa Silalahi, kecamatan Silalahi Sabungan, Kabupaten Dairi. Berjarak sekitar 128 km dari Medan.

Bagi Anda yang baru pertama kali melihat Tao Silalahi pasti akan berdecak kagum menatap panoramanya. Betapa tidak, Tao Silalahi ini memiliki hamparan pantai yang sangat indah sepanjang 28 km. Meskipun dalam fasilitas pariwisata masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Parapat atau Tuk-Tuk Samosir, namun Tao Silalahi memiliki potensi alam untuk dikembangkan sebagai wisata air dan olah raga pantai. Jika Anda menyusuri desa Silalahi Anda pun akan menemukan bangunan bersejarah berupa 42 rumah adat berusia sekitar 250 tahun. Dahulu, desa Silalahi merupakan sebuah kerajaan yang dibangun oleh raja Silalahi Sabungan.

Karena letaknya dibibir danau Toba, tidak heran warga desa Silalahi banyak membudi dayakan ikan dengan membuat keramba-keramba ikan, terutama ikan mas dan mujair sebagai mata pencaharian penduduk.

Jika Anda ingin datang ke Tao Silalahi, bisa ditempuh lewat dua jalur darat. Pertama, melewati jalur lintas Medan-Sidikalang, ibu kota Kabupaten Dairi, kemudian diteruskan melalui jalur Merek-Raya. Kedua, melalui jalur lintas Medan-Pematang siantar yang juga harus diteruskan melewati jalur Merek-Raya. Jalur Merek-Raya meruapakan jalur penghubung kota Pematangsiantar dengan kabupaten Dairi.

BAKARA.

Terkenal dengan hamparan lembahnya yang dipagari deretan perbukitan. Bentangan lembah datar seluas ratusan hektar dari Kabupaten Humbang Hasundutan ini menawarkan keindahan alam penuh pesona. Bakara, sebuah perkampungan di tano Batak di tepi Danau Toba. Dahulu, Bakara merupakan pusat pemerintahan Sisingamangaraja I hingga XII, persisnya di desa Lumbanraja. Disini terdapat istana raja si Singamangaraja yang baru dipugar tahun 1992.

Jika Anda berjalan menyusuri desa Bakara, Anda akan merasakan suhu udara disini yang sejuk dan dingin. Dan sehabis berjalan, untuk melepas dahaga, Anda bisa minum air dari berbagai mata air yang ada. Airnya jernih dan sehat. Di Bakara ada banyak mata air, tetapi mata air utama yang terbesar adalah Aek Sitio-tio. Selain itu, Anda akan menemui beberapa air terjun. Namun yang paling dikenal sebagai obyek wisata adalah Aek Sipangolu. Bahkan oleh penduduk sekitar Aek Sipangolu dipercaya sebagai “ air suci “ yang bisa menjadi obat untuk berbagai penyakit.

Lembah Bakara cukup subur dan memberikan hasil panen yang baik untuk tanaman padi, bawang dan palawija. Sejak dulu lembah Bakara sudah dikenal sebagai lembah eksotis yang menyimpan muatan sejarah dan budaya Batak. Pusat dinasti si Singamangaraja ada disini. Karena itu, mengunjungi Bakara sesungguhnya bukan saja menikmati keindahan alam Danau Toba, tetapi juga melihat situs sejarah penting kerajaan Batak.

Letak Bakara hanya belasan kilometer dari Dolok Sanggul, ibu kota Kabupaten Humbang Hasundutan. Jika Anda datang dari Medan sebaiknya memilih jalur dari Kaban Jahe terus ke Dairi menuju Dolok Sanggul. Selain waktu tempuhnya lebih singkat, sekitar 5 jam, Anda pun bisa menikmati keindahan alam sepanjang perjalanan.

TONGGING.

Tidak seperti Bakara, Tongging minim obyek sejarah dan budaya yang dapat menjadi pendukung nilai pariwisata. Selain itu, penginapannya masih biasa saja. Begitu juga dengan kafe dan restoran serta fasilitas hiburan lain yang belum banyak tersedia. Tapi tak perlu khawatir dengan keterbatasan itu. Sebab lingkungan alam Tongging mampu menyediakan suasana teduh dan tenang. Sesuatu yang mungkin tak Anda dapatkan ditempat lain.

Menatap Tongging mata serasa tak pernah puas. Desa kecil yang terletak ditepian Danau Toba ini selain dikaruniai tanah yang subur, juga dianugerahi panorama alam mempesona. Ya, jejeran perbukitan hijau disekitar Tongging sungguh menarik minat orang untuk berlama-lama menatapnya. Tongging merupakan salah satu obyek wisata andalan dari Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.

Selain itu, Tongging berada tepat ditengah-tengah daerah yang didiami tiga sub-etnis suku Batak, yakni Batak Toba, Pak-Pak dan Karo yang bercampur baur menjadi satu. Maka jika Anda berkunjung ke Tongging, jangan heran jika Anda akan melihat penduduk disitu lazim menguasai tiga bahasa sub-etnis itu sekaligus mampu menggunakannya dalam komunikasi sehari-hari.

Hingga kini Tongging hanya dapat ditempuh melalui jalan darat saja. Sebetulnya, perjalanan menuju Tongging akan lebih nikmat dan mudah dicapai seandainya tersedia kapal-kapal penumpang, seperti halnya dari Parapat ke Samosir atau daerah lain yang bertepian dengan Danau Toba

Dari kota Medan, perjalanan Anda menuju Tongging melalui tanah Karo akan memakan waktu sekitar 3 jam. Dari Medan, Anda perlu menuju simpang tiga Kecamatan Merek untuk kemudian tiba di Sipiso-piso hingga akhirnya menuruni jalanan beraspal menuruni perbukitan Gunung Sipiso-piso.

Secara umum Tongging dikenal sebagai produsen ikan emas, nila dan mujahir. Selain itu, kegiatan pertanian yang menghasilkan sayur-mayur berupa cabai, tomat, bawang dan aneka sayuran lainnya juga menjadi mata pencaharian utama penduduk.

MUARA.

Bila Anda hendak menikmati keindahan Danau Toba melalui Kabupaten Tapanuli Utara, Muara bisa menjadi pilihan tempatnya. Muara tidaklah sesibuk dan sebising Parapat, Balige atau Porsea. Muara jauh lebih tenang dan nyaman. Boleh jadi itulah salah satu daya tarik tersendiri yang dimiliki Muara.

Hamparan pantainya, dengan panorama langsung ke arah Danau Toba sangat mempesona. Sementara diujung lepas pantainya, terhampar sebuah pulau lain yang juga ada di Danau Toba. Itulah pulau Sibandang. Jaraknya sangat dekat. Hanya 900 meter dari tepi pantai Muara. Untuk mencapainya ada angkutan kapal reguler atau langsung menyewa perahu nelayan disitu. Pulau Sibandang ini dihuni sekitar lima ratusan kepala keluarga selama 18 generasi. Karena banyak tertutup oleh pohon mangga, tempat ini juga dikenal sebagai Pulau Mangga.

Dari dahulu Muara memang terkenal sebagai penghasil buah mangga. Sekalipun bentuknya kecil, kira-kira segenggaman tangan, tetapi mangga Muara rasanya sangat manis. Sejak dulu pula, Muara memasok mangga untuk wilayah Toba dan sekitarnya. Tetapi orang terlanjur mengenalnya mangga Parapat.

Untuk Anda yang akan berkunjung kesana, ada dua alternatif darat yang bisa ditempuh. Rute pertama melewati Bakara dan rute kedua melalui Balige. Jarak dari Bakara ke Muara kira-kira 12 km. Jika Anda berangkat dari Medan, rute pertama bisa Anda capai melalui Medan-Berastagi-Merek-Bakara dan kemudian langsung ke Muara. Rute darat kedua bisa dicapai dari Medan-Parapat-Porsea-Balige. Kemudian melewati pertigaan simpang Muara di ruas jalan Balige-Siborong-borong. Dari pertigaan simpang Muara menuju ke Muara sekitar 21 km.

Setelah Anda tiba di Muara dan menikmati keindahan panorama Danau Toba, Anda bisa menyusuri sebuah gua bernama Liang Siraja Manghumi. Ini adalah sebuah gua yang sangat dalam dan panjang yang terletak di pegunungan yang membentengi Muara. Konon, gua ini punya tiga arah jalan ke luar. Satu menuju Bakara, satu ke Tarutung dan satunya lagi masih belum terpetakan. Menurut kisah warga setempat, didalam gua itu terdapat beberapa jeram bawah tanah. Jika Anda ingin melongok gua tersebut, Anda perlu menuju ke desa Piarung terlebih dulu lalu dari situ berjalan kaki menuju arah perbukitan. Tapi jangan lupa untuk mengajak pemandu yang benar-benar handal.

HARANGGAOL.

Haranggaol terletak di sebelah barat Danau Toba. Tempat ini adalah bagian dari wilayah Kabupaten Simalungun. Penduduk disini adalah Batak Simalungun. Harang menurut bahasa Simalungun berarti tempat atau sangkar, sedangkan kata gaol berarti pisang. Pada masa lalu, haranggaol adalah penghasil pisang yang terkenal di Danau Toba dan sekitarnya.

Haranggaol juga terletak tepat di tepi Danau Toba. Pantainya indah dengan panorama alam yang memukau. Berkat pesona alam tersebut Haranggaol sering dijadikan daerah transit sebelum atau sesudah orang melancong ke Tomok di pulau Samosir dari Parapat. Selain untuk wisata pantai, Haranggaol sering dijadikan sebagai tempat olah raga terbang laying atau gantole. Dan bila liburan sekolah tiba, banyak pelajar memanfaatkan tempat ini untuk berkemah.

Letak Haranggaol cukup strategis. Jika Anda tertarik datang ke Haranggaol, Anda dapat mencapainya dengan angkutan darat dan angkutan danau di sekeliling Danau Toba. Haranggaol berjarak 71 km dari ibu kota kabupaten Simalungun, Pematangsiantar. Dapat ditempuh dari Medan melalui dua jalur yakni Medan-Berastagi-Saribudolok-Haranggaol. Atau melalui jalur Medan-Pematang siantar dan kemudian Haranggaol.

Haranggaol dikenal sebagai penghasil bawang merah dan bawang putih. Tak sedikit pula warga setempat yang memanfaatkan bibir pantai untuk budidaya ikan. Sehingga tidak heran bila disepanjang pantai Haranggaol Anda menjumpai banyak bertebaran keramba apung untuk ikan emas, mujahir dan nila.

BALIGE.

Balige merupakan ibu kota Kabupaten Tobasa. Tempat ini memiliki panorama pantai yang indah. Jika Anda datang ke bibir pantainya, untuk menunggu saat matahari terbenam, Anda bisa bersantap ikan emas panggang atau natinombur dengan bumbu andaliman. Salah satu hidangan khas Batak ini bisa Anda jumpai khususnya dibeberapa desa tepi pantai. Mulai dari desa Lumban Silintong, Tara Bunga hingga ke Meat. Dari pusat kota Balige, Anda hanya butuh beberapa puluh menit naik kendaraan untuk mencapai desa-desa tersebut.

Balige juga terkenal dengan pasar rakyat “ Onan raja “. Pasar Balige ini ramai didatangi saudagar-saudagar dari hampir seluruh desa yang ada di desa Tobasa, bahkan dari Kabupaten samosir, Tapanuli Utara dan lain-lain.

Dari kota Balige, Anda juga bisa mengunjungi rumah budaya Jangga Dolok. Inilah daerah pemukiman rumah Batak dengan ornamen Batak tradisional. Jaraknya 38 kilometer dari kota Balige. Rumah budaya Jangga Dolok telah berumur sekitar 200 tahun dan telah dihuni hingga 8 generasi sampai sekarang. Disini pula Anda akan mendapatkan bermacam corak dan warna ulos adat buatan tangan. Anda pun dapat melihat langsung bagaimana penduduk setempat membuat ulos.

Kecamatan Lumban Julu adalah tempat lain yang bisa Anda kunjungi dari Balige. Sekitar setengah jam perjalanan dari Balige. Dikecamatan itu terdapat lokasi wisata yang disebut Taman Eden 100. Taman ini mempunyai 100 jenis pohon buah-buahan yang bisa dikonsumsi.

TOMOK.

Tempat ini masuk kedalam wilayah Kabupatren samosir. Hingga kini kabupaten ini masih merupakan tempat favorit untuk wisatawan nusantara maupun mancanegara. Serbagai tujuan pariwisita pulau ini telah lama dikenal dan dikagumi para turis. Pasalnya, di pulau samosir terdapat banyak pilihan daerah pariwisata. Baik yang mengandalkan panorama alam, keunikan spiritual dan budaya serta peninggalan sejarah hingga wisata air Danau Toba.

Tomok adalah pintu utama dan pusat konsentrsasi turis di pulau Samosirt. Tidak jauh dari situ, didesa Tuk-Tuk, terdapat pemakaman raja Sidabutar yang terbuat dari batu-batu jaman pra-sejarah atau sering disebut Sarcophagus. Perjalanan bisa Anda teruskan ke obyek-obyek wisata lainnya seperti desa Siallagan, Simanindo dan lain-lain.

Untuk mencapai pulau samosir, Anda dapat menggunakan kapal penumpang atau ferry dari Parapat. Sarana transportasi air tersedia di dermaga Ajibata maupun Tigaraja. Sekitar 45 menit perjalanan Anda akan tiba di Tomok.

Sebagai alternatif lain menuju pulau Samosir Anda pun bisa melalui jalan darat. Menempuh jalur ini Anda akan melewati Tano Ponggol melalui Tele. Tano Ponggol adalah jalan yang menghubungkan pulau Samosir dengan pulau Sumatera. Jalannya sangat curam dan sempit. Sehingga bila dua mobil berpapasan, maka mobil yang akan turun harus mengalah dan berhenti sampai mobil yang dari bawah lewat. Namun sebelum Anda turun menuju Pangururan, ibukota kabupaten ini, Anda sebaiknya menikmati dulu pesona alam dan keindahan Danau Toba melalui Menara Pandang Tele.


* tulisan ini telah dipublikasikan sebelumnya dalam majalah TAPIAN, edisi April 2008,

Tidak ada komentar: