Kamis, 04 Desember 2008

Melancong Menemui Si Raja Batak


By Sahala Napitupulu.

Berbaur dengan orang-orang yang datang menyaksikan Danau Toba kalau tak menyeberang ke Pulau samosir, rasanya kurang syor. Anda bisa pilih Tuk-Tuk atau Tomok, dua desa paling dekat dengan Parapat yang menjadi pusat pesta. Terletak 1000 meter diatas permukaan laut, pulau Samosir, dengan luas 250.000 ha itu, diperkirakan telah ada sejak ribuan tahun silam, yang muncul sebagai akibat dari letusan supervulcano.

Setelah letusan maha dahsyat tersebut terbentuklah kaldera yang luas dan diisi oleh air. Tekanan magma yang tidak menemukan jalan keluar menyebabkan munculnya daratan ditengah kaldera yang sudah tergenang air. Begitulah konon lahirnya pulau Samosir. Para penyair, pemusik dan pelukis berulang-ulang coba mengabadikan pesona keindahan Danau Toba dan Samosir, namun tak pernah menyamai kecantikannya yang nyata terhampar di depan mata.

Kalau sudah mendarat di Samosir, akan terasa keunikan Danau Toba yang mungkin tak ditemukan dibelahan dunia lain. Di Samosir terdapat dua danau kecil, Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang, dan muncullah julukan " danau diatas danau ". Kedua danau cilik itu berada di dua kecamatan yang berbeda. Sidihoni sejauh delapan KM dari Pangururan, sedangkan Aek Natonang dekat dengan Simanindo.

Jangan lupa singgah ke " Aek Hangat " di kawah Pusuk Buhit, di Kecamatan Sianjur Mula-mula. Air suam-suam kuku disitu dipercaya mujarab untuk mengobati penyakit kulit.

Pusuk Buhit diyakini sebagai tempat asal-muasal orang Batak. Pusuk Buhit merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian lebih dari 18oo meter dari permukaan Danau Toba. Menurut legenda, si Raja Batak, diturunkan dari langit dan direbahkan di Pusuk Buhit oleh Ompu Mula Jadi Na Bolon (Allah pencipta semesta). Tetapi, ada pula yang mempercayai teori yang mengatakan bahwa si Raja Batak itu berasal dari Thailand yang datang melalui Semenanjung Malaya dan tiba di Sianjur Mula-mula. Teori yang lain menyebutkan si Raja Batak itu berasal dari India, merembes melalui daerah Barus atau Alas Gayo dan sampai di Danau Toba. Entahlah, terserah Anda yang mana yang benar.

Yang jelas, sebagai tujuan wisata, Samosir sudah lama dikenal dan dikagumi para turis. Panorama alam, wisata spiritual dan budaya hingga wisata air menunggu Anda dengan tangan terbuka lebar. Untuk mencapai Samosir memang cukup makan waktu. Kalau dari Jakarta penerbangan ke Medan memakan waktu dua jam. Dilanjutkan dengan perjalanan darat hampir 200 KM dari Medan ke Parapat yang memakan waktu empat jam.

Membuka Peti Pusaka

Dari Parapat ke Samosir, Anda dapat menumpang ferry dari dermaga Ajibata atau Tigaraja. Tuk-Tuk bisa dicapai sekitar 30 menit. Di desa ini, penginapan dan homestay tampak seperti bertengger di tebing Danau. Sedangkan desa Tomok 45 menit jauhnya. Selama pelayaran di air Danau yang tenang tampak perbukitan yang membentang di daratan Samosir.

Pulau Samosir juga dapat dicapai melalui jalan darat. Lewat Tano Ponggol yang menghubungkan pulau Samosir dan Pulau Sumatera melalui wilayah yang bernama Tele. Sebelum turun ke Pangururan, singgahlah dulu di kecamatan Sianjur Mula-mula. Disitu sedang menunggu Batu Obon dan Aek Sipitu Dai (air dengan tujuh rasa yang berbeda) serta rumah tradisional Batak. Di dalam Batu Obon inilah, kata orang, tersimpan harta pusaka Saribu Raja. Ini tempat memukau juga. Karena hingga kini tak ada yang bisa membuka peti pusaka yang terbuat dari batu itu.

Tomok adalah konsentrasi turis. Dengan berjalan kaki, berangkatlah ke desa Tuk-tuk Siadong. Disitu terdapat pemakaman raja Sidabutar yang terbuat dari batu-batu zaman pra-sejarah atau sering disebut Sarcophagus. Makam yang terbuat dari batu itu utuh tanpa ada persambungan sama sekali, yang dipahat sebagai tempat untuk meletakkan mayat raja Sidabutar, penguasa Tomok pada waktu itu.

Kemudian perjalanan bisa dilanjutkan menuju ke desa Siallagan. Disini menanti perkampungan orang Batak, dengan kursi-kursi batu tempat persidangan, dan tempat eksekusi bagi yang akan menjalani hukuman mati. Tak pula jauh dari situ desa Simanindo. Ada lokasi perkampungan Batak, dimana pengunjung bisa menonton wayang Batak si Gale-gale. Di seberang jalan ada museum yang memajang benda-benda kuno.

Dengan kepercayaan tentang manusia Batak pertama yang turun di pucuk bukit dan alam Danau Toba yang mempesona, ada yang mengatakan wisata ke sana adalah menikmati perpaduan mistik dan kemolekan alam.

* tulisan ini telah dipublikasikan sebelumnya dalam majalah TAPIAN, edisi Juli 2008.

Tidak ada komentar: